Rabu, 07 Maret 2012

Masalah Industri dan Ketenagakerjaan

      Fungsi pemerintah di bidang ketenagakerjaan lima tahun berlalu nyaris seperti alat daur-ulang sampah arah kebijakan nasional yang salah. Setidaknya bidang ini harus menerima dampak kegagalan di dua bidang terkait, yaitu pendidikan dan ekonomi.

Bidang Pendidikan

Dari total 104,49 juta angkatan kerja, 55,43 juta diantaranya berpendidikan SD ke bawah. Sisanya,19,85% berpendidikan SMP, 15,43% yang berpendidikan SMA, 7,19% yang berpendidikan diploma,dan 6,90% yang berpendidikan tinggi (sarjana). Karakteristik pendidikan dasar ini berjalan sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun milik pemerintah. Dalam situasi dunia semaju sekarang, program pemerintah tersebut jelas ketinggalanzaman. Lulusan pendidikan dasar dan menengah hanya bisa tertampung di industri berteknologi rendah, di samping pertanian yang juga masih tertinggal (bahkan di level ASEAN). Atau tragisnya dikirim ke luar negeri demi devisa. Tampak, strategi dan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dalam relevansinya dengan ketenagakerjaan masih berangkat dari paradigma politik upah murah sebagai keunggulan komparatif. Sementara yang berhasil memperoleh pendidikan lebih tinggi pun tidak luput dari masalah. Tahun 2004 sampai 2008 jumlah sarjana yang menganggur naik dua kali lipat dari 5,7% menjadi 11,4%(500 ribu menjadi 1,1 juta).Selain mahal bagi mayoritas rakyat (terutama untuk menjangkau level SMA ke atas), terdapat faktor ekonomi lain yang secara tidak langsung menghambat akses rakyat terhadap pendidikan. Banyak ditemui anak yang dipaksa bekerja menopang kelanjutan hidup keluarga. Tahun 2003 terdapat 1.502.600 anak berusia 10 hingga 14 tahun yang bekerja dan tidak bersekolah, sekitar 1.621.400anak tidak bersekolah serta membantu di rumah atau melakukan hal lainnya.International Labor Organization (ILO) bersama pemerintah RI telah meluncurkan program penghapusan pekerja anak (Antara, 09/07/2008), tapi program ini tidak menyentuh akar alasankenapa anak-anak tersebut terpaksa bekerja mencari nafkah.
 
Bidang Ekonomi
    Struktur ketenagakerjaan Indonesia, sesuai struktur perekonomiannya, mayoritas berada di sektor pertanian dan perkebunan. Namun kontribusi terbesar untuk PDB masih berasal dari sektor industri pengolahan, dengan 13,22 juta tenaga kerja (2007). Pada tahun 2005, sektor pertanian hanyamenyumbang 13,4% terhadap PDB, sementara sektor industri pengolahan menyumbang 28,1%terhadap PDB. Struktur industrinya pun bermasalah, karena tidak berdiri kokoh di atas basis modaldan kebutuhan dalam negeri melainkan bergantung modal dan pasar asing. 
     Sejak krisis ekonomi tahun 1997 lalu pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia tumbuh minus, atau yang dikenal dengan istilah deindustrialisasi. Menteri Perindustrian MS Hidayat menggambarkan:"Gejala deindustrialisasi ini juga terlihat dari konsumsi BBM industri yang terus turun sejak 2000, jugakonsumsi listrik industri. Per 2008, peran industri manufaktur tinggal 27,9% dari PDB setelah sempat mendekati 35%. Sejak krisis ekonomi 1997-1998, industri manufaktur mengalami penurunan pertumbuhan turun sangat drastis Pada 10 tahun menjelang krisis (1987-1996), industri manufaktur nonmigas tumbuh rata-rata 12%/tahun, lima poin lebih tinggi dari pertumbuhan produk dosmetik bruto (PDB) pada waktu itu (6,9%). Setelah krisis (2000-2008), industri manufaktur nonmigas rata-rata tumbuh 5,7%/tahun, sedikit lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan PDB (5,2%)."
Tanggapan:
menurut saya, pemerintah harus lebih memperhatikan lagi masalah pendidikan karena dalam situasi dunia yang sudah maju seperti sekarang ini program pemerintah jelas sangat sudah ketinggalan zaman. Banyak lulusan dasar atau menengah hanya bisa tertampung diindustri yang berteknologi rendah, maka dari itu pemerintah harus meningkatkan lagi bidang pendidikan dinegara ini, karena banyak anak-anak yang tidak sekolah untuk membantu orang tuanya bekerja, apalagi ada yang mempekerjakan anak dengan cara paksa, oleh karena itu pemerintah harus lebih tegas lagi dalam menghadapi masalah ketenagakerjaan ini.
adapun didalam bidang ekonomi pemerintah harus memperhatikan permasalahan perekonomian yang sedang krisis saat ini karena dengan naiknya bahan pokok di negara ini membuat perekonomian semakin tidak memenuhi grafik pada dasarnya, misalnya dengan naik nya harga bbm semua harga bahan pokok menjadi naik, karena banyak sekali makanan atau bahan pokok yang tidak memakai bbm juga ikut-ikutan naik. Jadi, pemerintah harus lebih memperhatikan lagi atau memperhitungkan lagi dengan naiknya bbm dimana perekonomian di indonesia ini yang grafik ekonominya sedang naik turun akan membuat masyarakat risih dengan kenaikan harga bbm saat ini.

 http://www.scribd.com/doc/33618423/Masalah-Industri-Dan-Ketenagakerjaan